Selama hampir 300 ribu tahun, homo Neandertal berhasil bertahan melewati cuaca ekstrim.
Sebuah gua di kawasan utara pegunungan Kaukasus kemungkinan menjadi kunci dari misteri yang tak terpecahkan selama berabad-abad yakni mengapa Neandertal, spesies manusia purba yang terdekat dengan manusia modern mengalami kepunahan.
Padahal, selama hampir 300 ribu tahun, manusia beralis tebal, berdada bidang yang tinggal di kawasan Eropa dan Asia ini berhasil bertahan melewati kondisi cuaca dingin yang sangat parah dibanding yang pernah dialami manusia modern saat ini. Namun, sekitar 40 ribu tahun lalu, jumlahnya menyusut dan sekitar 28 ribu tahun lalu, Neanderthal habis.
Meluasnya populasi manusia modern (homo sapiens) sampai perubahan cuaca yang pesat diperdebatkan oleh para paleoanthropolog sebagai penyebab musnahnya manusia Neander (homo neanderthalensis). Akan tetapi, temuan terbaru membuktikan bahwa letusan vulkanik dahsyat lah yang menghabisi Neandertal dan memberi jalan bagi manusia modern untuk menggantikan tempatnya.
Seperti dikutip dari Scientific American, 8 Desember 2010, sekelompok peneliti dipimpin oleh Liubov Vitaliena Golovanova dari ANO Laboratory of Prehistory di Saint Petersburg, Russia, berhasil meneliti kandungan mineral di gua Mezmaiskaya yang berada di kawasan barat daya Rusia.
Gua yang pertama kali ditemukan oleh arkeolog di tahun 1987 ini terbukti sempat menjadi rumah bagi Neandertal dan kemudian manusia modern.
Dengan menganalisa berbagai lapisan stratigrafi, peneliti menemukan lapisan debu volkanik yang berdasarkan komposisi geokimia merupakan debu yang berasal dari letusan gunung di kawasan Kaukasus sekitar 40 ribu tahun lalu. Berhubung gua tersebut menyimpan sejarah panjang sebagai tempat tinggal Neandertal sebelum adanya lapisan debu tersebut dan tidak ada tanda-tanda kehidupan Neandertal setelah adanya lapisan itu, tim peneliti berasumsi bahwa letusan gunung sebagai pemusnah warga setempat.
Setelah meneliti lebih luas di sekitar Eurasia, peneliti menemukan bahwa letusan gunung juga bersamaan dengan hilangnya Neandertal dari berbagai kawasan, dan hanya sejumlah kecil Neandertal yang mengungsi ke selatan yang berhasil selamat.
Dalam sebuah tulisan yang dipublikasikan di Current Anthropoloyg, letusan gunung yang menyebabkan apa yang disebut sebagai musim dingin vulkanik mengakibatkan kematian massal Neandertals dan mangsanya. Dan nasib buruk yang menimpa Neandertal merupakan berkah bagi manusia modern yang tinggal di kawasan selatan yang tidak terpengaruh oleh aktivitas vulkanik.
Setelah Neandertal musnah, peneliti berteori, manusia modern dapat menyebar ke kawasan utara tanpa ada perlawanan.
Hasil temuan tersebut mendapat berbagai tanggapan. Francesco G. Fedele, peneliti dari University of Naples di Italia menyebutkan, usia debu vulkanik yang ada di gua itu tidak cukup kuat untuk membuat kesimpulan. Akan tetapi, Paul B. Pettit, peneliti dari University of Sheffield, Inggris menyebutkan, teori yang diungkapkan Golovanova dan timnya cukup masuk akal.
Para peneliti sepakat, letusan gunung api memang memarakkan teori yang sudah bermunculan, akan tetapi, teka-teki penyebab pasti musnahnya Neandertal masih jauh dari terpecahkan
Padahal, selama hampir 300 ribu tahun, manusia beralis tebal, berdada bidang yang tinggal di kawasan Eropa dan Asia ini berhasil bertahan melewati kondisi cuaca dingin yang sangat parah dibanding yang pernah dialami manusia modern saat ini. Namun, sekitar 40 ribu tahun lalu, jumlahnya menyusut dan sekitar 28 ribu tahun lalu, Neanderthal habis.
Meluasnya populasi manusia modern (homo sapiens) sampai perubahan cuaca yang pesat diperdebatkan oleh para paleoanthropolog sebagai penyebab musnahnya manusia Neander (homo neanderthalensis). Akan tetapi, temuan terbaru membuktikan bahwa letusan vulkanik dahsyat lah yang menghabisi Neandertal dan memberi jalan bagi manusia modern untuk menggantikan tempatnya.
Seperti dikutip dari Scientific American, 8 Desember 2010, sekelompok peneliti dipimpin oleh Liubov Vitaliena Golovanova dari ANO Laboratory of Prehistory di Saint Petersburg, Russia, berhasil meneliti kandungan mineral di gua Mezmaiskaya yang berada di kawasan barat daya Rusia.
Gua yang pertama kali ditemukan oleh arkeolog di tahun 1987 ini terbukti sempat menjadi rumah bagi Neandertal dan kemudian manusia modern.
Dengan menganalisa berbagai lapisan stratigrafi, peneliti menemukan lapisan debu volkanik yang berdasarkan komposisi geokimia merupakan debu yang berasal dari letusan gunung di kawasan Kaukasus sekitar 40 ribu tahun lalu. Berhubung gua tersebut menyimpan sejarah panjang sebagai tempat tinggal Neandertal sebelum adanya lapisan debu tersebut dan tidak ada tanda-tanda kehidupan Neandertal setelah adanya lapisan itu, tim peneliti berasumsi bahwa letusan gunung sebagai pemusnah warga setempat.
Setelah meneliti lebih luas di sekitar Eurasia, peneliti menemukan bahwa letusan gunung juga bersamaan dengan hilangnya Neandertal dari berbagai kawasan, dan hanya sejumlah kecil Neandertal yang mengungsi ke selatan yang berhasil selamat.
Dalam sebuah tulisan yang dipublikasikan di Current Anthropoloyg, letusan gunung yang menyebabkan apa yang disebut sebagai musim dingin vulkanik mengakibatkan kematian massal Neandertals dan mangsanya. Dan nasib buruk yang menimpa Neandertal merupakan berkah bagi manusia modern yang tinggal di kawasan selatan yang tidak terpengaruh oleh aktivitas vulkanik.
Setelah Neandertal musnah, peneliti berteori, manusia modern dapat menyebar ke kawasan utara tanpa ada perlawanan.
Hasil temuan tersebut mendapat berbagai tanggapan. Francesco G. Fedele, peneliti dari University of Naples di Italia menyebutkan, usia debu vulkanik yang ada di gua itu tidak cukup kuat untuk membuat kesimpulan. Akan tetapi, Paul B. Pettit, peneliti dari University of Sheffield, Inggris menyebutkan, teori yang diungkapkan Golovanova dan timnya cukup masuk akal.
Para peneliti sepakat, letusan gunung api memang memarakkan teori yang sudah bermunculan, akan tetapi, teka-teki penyebab pasti musnahnya Neandertal masih jauh dari terpecahkan
0 komentar:
Posting Komentar